Skip to Content
Loading...
Bina Amal
Bina Amal
Online
Assalamualaikum... 👋
Ada yang bisa dibantu?

“Bermain sambil Belajar” atau “Belajar sambil Bermain” ?

 



Ika Fauziyah M, S.Pd

 

Dalam dunia pendidikan anak usia dini, istilah “bermain sambil belajar” sering digunakan untuk menggambarkan kegiatan anak di sekolah. Namun, secara konseptual dan pedagogis, ungkapan tersebut sebenarnya kurang tepat.


Pendidikan anak usia dini menempatkan bermain sebagai sarana utama anak belajar, bukan sekadar kegiatan hiburan yang disisipkan pembelajaran di dalamnya. Karena itu, istilah yang lebih sesuai adalah “belajar sambil bermain”, di mana kegiatan bermain menjadi strategi belajar yang alami, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.

Sekilas, “bermain sambil belajar” dan “belajar sambil bermain” terdengar sama, namun perbedaan penekanan makna membuat keduanya sangat berbeda arah.

·     Bermain sambil belajar menempatkan bermain sebagai kegiatan utama, sementara belajar hanya sebagai pelengkap yang muncul di sela-sela permainan.

·     Belajar sambil bermain menempatkan belajar sebagai tujuan utama, dan bermain sebagai cara atau sarana untuk mencapainya.

Landasan Filosofis dan Psikologis

Para ahli perkembangan anak menegaskan bahwa bermain adalah cara anak belajar.
Menurut Jean Piaget, bermain adalah sarana anak membangun pengetahuan tentang dunia melalui pengalaman langsung.


Sedangkan Lev Vygotsky menekankan bahwa bermain membantu perkembangan sosial dan bahasa anak karena melibatkan interaksi dan komunikasi. Sementara itu, Hurlock (1990) menyebutkan bahwa bermain melatih anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengendalikan emosi, serta mengembangkan kreativitas.

Dengan demikian, kegiatan bermain memiliki fungsi edukatif yang mendalam dan merupakan bentuk pembelajaran yang paling alami bagi anak usia dini.

 

Makna Belajar Sambil Bermain

Belajar sambil bermain adalah proses pembelajaran yang menempatkan kegiatan bermain sebagai sarana utama untuk mencapai tujuan pendidikan. Bermain bukan sekadar mengisi waktu, tetapi menjadi media bagi anak untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Melalui permainan, anak memahami konsep-konsep dasar seperti warna, bentuk, angka, huruf, dan nilai-nilai kehidupan.

Jean Piaget, seorang tokoh psikologi perkembangan, menyatakan bahwa bermain merupakan bentuk kerja anak dalam memahami lingkungan. Sedangkan Lev Vygotsky menekankan bahwa bermain membantu anak membangun kemampuan sosial dan bahasa karena terjadi interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa.

 

Bentuk-Bentuk Pembelajaran Sambil Bermain

Kegiatan belajar sambil bermain dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, di antaranya:

·       Permainan sensorimotor: seperti bermain pasir, air, atau tanah untuk melatih motorik halus dan kasar.

·       Permainan peran (role play): misalnya bermain dokter-dokteran atau pasar-pasaran yang membantu anak memahami profesi dan kehidupan sosial.

·       Permainan konstruktif: seperti menyusun balok, lego, atau membuat bangunan dari kardus untuk melatih kreativitas dan logika.

·       Permainan edukatif: seperti puzzle huruf, kartu angka, atau permainan sains sederhana untuk menstimulasi kemampuan berpikir dan pemecahan masalah.

·       Permainan luar ruangan (outdoor games): seperti lomba membawa bola dengan sendok, estafet air, atau permainan tradisional yang memperkuat kerja sama dan kebugaran fisik.

 

Manfaat Belajar Sambil Bermain

Melalui kegiatan bermain yang terarah, anak mendapatkan berbagai manfaat, antara lain:

·       Aspek kognitif: anak belajar memecahkan masalah, mengingat, mengelompokkan, dan memahami konsep.

·       Aspek bahasa: anak belajar berkomunikasi, memperluas kosa kata, dan mengungkapkan ide.

·       Aspek sosial-emosional: anak belajar berbagi, bekerja sama, menunggu giliran, dan mengelola emosi.

·       Aspek fisik-motorik: aktivitas bermain melatih koordinasi tubuh, keseimbangan, dan kekuatan otot.

·       Aspek nilai dan moral: melalui permainan, anak belajar kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, dan empati.

 

Belajar Sambil Bermain di Era Digital

Pada era digital, guru dapat memanfaatkan teknologi sebagai media bermain yang edukatif, seperti permainan interaktif, video pembelajaran, atau augmented reality sederhana. Namun, pendampingan tetap penting agar anak tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga aktif berpikir dan berinteraksi. Keseimbangan antara permainan digital dan permainan nyata tetap harus dijaga agar anak berkembang secara holistik.

 

 

 

 

 

Berbagi

Postingan Terkait

Posting Komentar

Konfirmasi Penutupan

Apakah anda yakin ingin menutup pemutaran video ini?