Skip to Content
Loading...
Bina Amal
Bina Amal
Online
Assalamualaikum... 👋
Ada yang bisa dibantu?

“Tidak ada yang Instan dalam Proses Pendidikan untuk dapat Melahirkan Generasi Terbaik”

 


(0leh : Muhammad Waimin, S.Pd)

1. Realita Perkembangan Dunia Pendidikan di Indonesia

 Tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Untuk mencapai tujuan nasional pendidikan dalam tataran praktis membutuhkan sistem pendidikan dan proses pendidikan yang integral, komprehensif, dan sustainable.

Pengembangan karakter positif peserta didik menjadi tujuan utama dalam pendidikan di Indonesia. Tetapi realitanya proses pembelajaran yang dilakukan mesih sebatas proses transformasi pengetahuan (kognisi tingkat rendah). Guru fokus agar peserta didiknya lulus dengan capaian nilai akademik tinggi, agar anak didiknya dapat diterima di jenjang sekolah yang lebih tinggi dan perguruan tinggi (Sekolah dan Perguruan Tinggi favorit). Demikian juga orang tua sangat bangga saat anak mereka mendapatkan nilai raport yang baik dan tinggi peringkat kelasnya, tetapi mereka tidak gelisah saat anak-anaknya tidak taat beribadah, akhlaknya kurang baik, pergaulannya tidak terkontrol dan lain-lain.

Sudah menjadi rahasia umum banyak anak usia SMP dan SMA yang melakukan pergaulan bebas, mengkonsumsi narkoba, merebaknya budaya tawuran, bahkan banyak yang terjerat pada bisnis pelacuran anak dan remaja. Apa yang sedang terjadi seperti benang kusut yang sulit untuk diurai. Pada akhirnya hanya ada saling menyalahkan, orang tua menyalahkan sekolah yang dianggap tidak maksimal dalam mendidik anak-anak mereka terutama aspek akhlak atau budi pekerti. Sementara pihak sekolah menuding kontrol dari orang tua di rumah dan lingkungan pergaulan mereka kurang. Karena esesinya tanggung jawab pendidikan itu pada orang tua dan waktu terbanyak anak-anak bersama orang tua dan lingkungannya. Orang tua dianggap melalaikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anak, mereka disibukan dengan urusan kantor, bisnis, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan kegitan yang lainnya.

 

2. Tidak ada yang Instan dalam Proses Pendidikan

Bicara tentang proses pendidikan, tentu berbicara tentang sesuatu yang integral, komprehensif, dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pendidikan menjadi tanggung jawah orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Proses pendidikan baik (bermutu) adalah proses integral, komprehensif, dan berkelanjutan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut dan pelaporannya. Sehingga proses pendidikan terbaik pasti dimulai dengan adanya perencanaan terbaik, yaitu perencanaan yang dibangun dengan kefahaman yang baik dan benar tentang pendidikan, detail, terukur, dapat dilaksanakan, dan mencerminkan upaya pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah.

Selanjutnya pelaksanaan pendidikan integral, komprehensif, dan berkelanjutan adalah proses pendidikan yang berupaya secara maksimal menumbuhkan dan mengembangkan semua aspek tumbuh kembang peserta didik, mulai dari aspek religiusitas, kematangan emosional, kecerdasan intelektual, dan keterampilan hidup. Menjadikan semua kegiatan pendidikan di sekolah baik yang formal dan non-formal sebagai sarana untuk menumbuhkan dan mengembangkan 4 aspek tumbuh kembang secara integral, komprehensif, dan berkelanjutan. Sehingga dengan demikian kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler menjadi sarana yang paling baik dan efektif agar anak ; 1) memiliki aqidah yang lurus, 2) semangat beribadah dengan benar, 3) berakhlaq mulia, 4) berwawasan luas, 5) memiliki fisik yang sehat dan kuat, 6) mampu menjaga hawa nafsu, 7) memiliki kemampuan berusaha, 8) baik dalam mengatur waktu, 9) baik dalam mengelola urusannya, dan 10) bermanfaat bagi orang lain.

Proses pendidikan integral, komprehensif, dan berekelanjutan bukanlah yang menjadikan hasil pendidikan (belajar) sebagai segala-galanya.  Tetapi proses pendidikan yang mampu memberikan pengalaman nyata sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Yaitu pengalaman yang menyenangkan, bermakna, dan mendalam (Deep Learning). Yaitu pendekatan pemebelajaran yang berdasarkan pada tiga pilar meaningful learning, mindful learning, dan joyful learning, dimana peserta didik mendapat kesempatan yang luas untuk bereksplorasi, berekspresi, berfantasi, berinovasi, dan berkreasi dengan semua fungsi indera, pikiran, rasa, dan hatinya. Sehingga dengan pengalaman yang luar biasa ini, harapannya anak dapat menghadapi tantangan masa depannya.

Penilaian dalam proses pendidikan integral, komprehensif, dan berkelanjutan bukanlah sekedar menilai tentang capaian akademik peserta didik dalam kurun waktu tertentu, untuk menentukan kenaikan dan kelulusan mereka. Tetapi penilaian otentik mencakup semua aspek tumbuh kembang, sejak peserta didik di awal masuk sekolah, proses pembelajaran di kelas, masjid, ruang serba guna, lingkungan sekolah, dan bisa di luar sekolah dengan pilihan tempat yang lebih beragam, termasuk melibatkan orang tua dalam melakukan penilaian pendidikan di rumah, dengan menggunakan sekian banyak jenis dan bentuk tes. Bisa dengan penilaian tertulis, lisan, dan perbuatan, penilain kuantitatif ataupun kualitatif. Dapat juga dengan penugasan, lembar observasi, angket, buku penghubung, porto folio, dan lain-lain.

Pelaporan pendidikan dalam proses pendidikan integral, komprehensif, dan berkelanjutan orang tua akan mendapat laporan pendidikan yang integral dan komprehensif mencakup semua aspek tumbuh kembang peserta didik, berupa : 1) raport akademik sesuai kurnas dan kurikulum lainnya yang digunakan, 2) raport caracter building, 3) raport bakat minat khusus, dan 4) raport Al-Qur’an (tahsin dan tafidzul qur’an). Untuk mendukung pelaporan pendidikan yang integral, komprehansif, dan berkelanjutan di setiap akhir semester atau akhir tahun sekolah perlu mengadakan pameran pendidikan dengan berbagai macam nama seperti Gelar Karya, Pameran dan Unjuk Kreatifitas, Best Performa, dan lain-lain.

 

3. Budaya Mutu adalah Keniscayaan

Dalam proses pendidikan maka yang penting dan utama adalah membangun budaya mutu bukan kebiasaan atau budaya instan. Sebab bagaimanapun dalam proses pendidikan semua hal yang dilakukan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat lengsung dilihat atau dirasakan. Butuh waktu minimal lima atau sepuluh tahun untuk dapat melihat hasil proses pendidikan yang dilakukan. Maka budaya mutu mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan menjadi keniscayaan. Dengan budaya mutu yakinlah melalui pendidikan kita dapat melahirkan generasi terbaik baik bangsa, “Generasi Emas 2045”.

 

 

Berbagi

Postingan Terkait

Posting Komentar

Konfirmasi Penutupan

Apakah anda yakin ingin menutup pemutaran video ini?