- Diposting oleh : Humas Bina Amal
- pada tanggal : Agustus 07, 2025
Pembukaan untuk Para Santri yang Mulia
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, para santri yang dimuliakan Allah...
Kalian adalah amanah yang sangat berharga. Di pondok pesantren inilah kalian sedang ditempa menjadi generasi Islam yang berakhlak mulia. Salah satu akhlak paling penting yang harus kalian kuasai adalah menjaga lisan - kemampuan untuk berbicara dengan baik dan menahan diri dari perkataan yang tidak bermanfaat.
Hari ini, ustadz ingin berbagi nasihat tentang pentingnya menjaga lisan. Ini bukan sekadar aturan pesantren, tetapi perintah langsung dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang akan menentukan kesuksesan kalian di dunia dan akhirat.
Lisan: Karunia Allah yang Harus Dijaga
Nikmat yang Sering Terlupakan
Allah SWT telah menganugerahkan kepada kita nikmat lisan yang luar biasa. Dengan lisan, kita bisa:
- Berdzikir dan bertasbih kepada Allah
- Membaca Al-Qur'an dengan indah
- Berdakwah dan mengajarkan kebaikan
- Berkomunikasi dengan sesama manusia
- Berdoa dan memohon kepada Allah
Namun sayangnya, nikmat yang begitu besar ini sering kali kita sia-siakan dengan perkataan yang tidak bermanfaat, bahkan merusak.
Lisan dalam Pandangan Islam
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Tiadalah dia mengucapkan suatu perkataan pun melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita dicatat oleh malaikat. Tidak ada yang terlewat, tidak ada yang tidak dicatat. Sungguh menakutkan jika kita terus menerus berbicara tanpa memikirkan konsekuensinya!
Bahaya Lisan yang Tidak Dijaga
Dosa-Dosa Lisan yang Sering Dilakukan Santri
Di lingkungan pesantren, meskipun sudah dalam nuansa religius, masih sering kita temui santri yang:
1. Mengumpat dan Berkata Kotor Ketika kesal atau marah, mudah sekali kata-kata kasar keluar dari mulut. Padahal Rasulullah SAW bersabda: "Bukan termasuk golongan kami orang yang suka memaki." (HR. Tirmidzi)
2. Bergosip (Ghibah) Membicarakan kekurangan teman sekamar, ustadz, atau orang lain di belakang mereka. Ini adalah dosa besar yang disamakan Allah dengan memakan daging saudara sendiri.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (QS. Al-Hujurat: 12)
3. Berbohong Kadang untuk menutupi kesalahan atau menghindari hukuman, santri berbohong kepada ustadz atau teman. Padahal bohong adalah sifat munafik.
4. Berkata Sia-sia (Laghw) Menghabiskan waktu dengan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya, seperti bergurau berlebihan, membahas hal-hal yang tidak penting, atau ngobrol tidak jelas.
Konsekuensi di Dunia
Lisan yang tidak dijaga akan membawa dampak buruk di dunia:
- Kehilangan kepercayaan dari ustadz dan teman-teman
- Rusak hubungan dengan sesama santri
- Kehilangan barokah ilmu yang sedang dipelajari
- Menciptakan suasana tidak harmonis di pesantren
- Terhambatnya kemajuan dalam menghafal Al-Qur'an
Konsekuensi di Akhirat
Yang lebih menakutkan lagi adalah konsekuensi di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang tidak dipikirkannya, tetapi kalimat itu membuatnya tergelincir ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat." (HR. Bukhari Muslim)
Keutamaan Menjaga Lisan
Jaminan Masuk Surga
Rasulullah SAW memberikan jaminan luar biasa bagi orang yang menjaga lisannya:
"Barangsiapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku jamin baginya surga." (HR. Bukhari)
Tanda Kebaikan Islam Seseorang
"Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi)
Ini berarti santri yang baik adalah yang pandai memilih perkataan yang bermanfaat dan meninggalkan perkataan yang sia-sia.
Mendapat Pahala Sedekah
Setiap perkataan baik yang kita ucapkan bernilai sedekah di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah." (HR. Muslim)
Panduan Praktis Menjaga Lisan untuk Santri
1. Perbanyak Dzikir dan Tilawah
Di waktu senggang, alih-alih mengobrol tidak jelas, perbanyak:
- Membaca Al-Qur'an
- Berdzikir: "Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, La ilaha illallah"
- Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
- Beristighfar
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang banyak berdzikir kepada Allah, maka dia akan terbebas dari kemunafikan." (HR. Ahmad)
2. Terapkan Prinsip "Diam adalah Emas"
Sebelum berbicara, tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah perkataan ini bermanfaat?
- Apakah perkataan ini tidak menyakiti orang lain?
- Apakah perkataan ini membawa kebaikan?
Jika jawabannya tidak, maka lebih baik diam. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari Muslim)
3. Berbicara dengan Santun dan Lembut
Ketika harus berbicara, gunakan:
- Kata-kata yang sopan dan tidak menyinggung
- Nada suara yang lembut, bukan berteriak atau kasar
- Bahasa yang mudah dipahami dan tidak sombong
- Kata-kata yang membangun, bukan menjatuhkan
Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang paling baik (paling benar).'" (QS. Al-Isra: 53)
4. Hindari Pembicaraan Negatif
Jangan ikut terlibat ketika teman-teman membicarakan:
- Keburukan orang lain (ghibah)
- Prasangka buruk (su'uzhan)
- Perdebatan yang tidak produktif
- Gosip tentang ustadz atau santri lain
Jika berada dalam situasi seperti itu, kalian bisa:
- Mengalihkan pembicaraan ke hal yang positif
- Dengan sopan minta izin pergi
- Membela orang yang digunjing dengan cara baik
- Mengingatkan dengan halus tentang bahaya ghibah
5. Gunakan Lisan untuk Kebaikan
Manfaatkan lisan kalian untuk:
Aktivitas Ibadah:
- Membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar
- Menghafalkan hadits-hadits Rasulullah SAW
- Belajar dan mengajarkan ilmu agama
- Berdakwah kepada teman-teman
Aktivitas Sosial:
- Mengucapkan salam ketika bertemu
- Mendoakan kebaikan untuk sesama
- Memberikan semangat kepada teman yang sedang down
- Membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran
Strategi Khusus untuk Santri
1. Manfaatkan Lingkungan Pesantren
Kalian beruntung berada di lingkungan yang mendukung kebaikan. Manfaatkan dengan:
- Bergabung dengan kelompok tahfidz yang serius
- Aktif di organisasi santri yang positif
- Ikut kajian-kajian ilmiah untuk memperdalam pemahaman
- Berteman dengan santri-santri yang sholeh
2. Jadikan Kamar sebagai Zona Positif
Di kamar, buatlah kesepakatan dengan teman sekamar:
- Tidak boleh bergosip tentang orang lain
- Saling mengingatkan jika ada yang berkata kasar
- Memperbanyak dzikir dan tilawah bersama
- Diskusi hal-hal yang bermanfaat
3. Belajar dari Ustadz
Perhatikan bagaimana ustadz-ustadz berbicara:
- Cara mereka menyampaikan teguran dengan bijak
- Bagaimana mereka memilih kata-kata yang tepat
- Cara mereka menghindari perdebatan yang tidak perlu
- Bagaimana mereka menjawab pertanyaan dengan sabar
4. Evaluasi Diri Setiap Hari
Sebelum tidur, lakukan muhasabah:
- Apa saja yang telah aku katakan hari ini?
- Adakah perkataan yang menyakiti orang lain?
- Sudahkah aku menggunakan lisan untuk kebaikan?
- Apa yang harus diperbaiki besok?
Kisah Teladan tentang Menjaga Lisan
Abu Bakar as-Siddiq: Memegang Lidahnya
Suatu ketika Abu Bakar memegang lidahnya sendiri dan berkata: "Inilah yang telah membuatku dalam kesulitan." Para sahabat bertanya kenapa, beliau menjawab: "Rasulullah SAW pernah berkata bahwa kebanyakan kesalahan anak Adam adalah dari lidahnya."
Imam Ahmad: Menolak Membalas Hinaan
Ketika Imam Ahmad dihina dan dicaci maki oleh orang-orang karena masalah fitnah Mihna, beliau tidak pernah membalas. Ketika ditanya mengapa, beliau berkata: "Jika mereka benar, aku tidak pantas membalas. Jika mereka salah, aku tidak mau menjadi seperti mereka."
Santri Teladan: Hasan al-Basri
Hasan al-Basri, seorang ulama besar, sejak kecil di pesantren sudah terkenal dengan kehati-hatiannya dalam berkata. Setiap akan berbicara, beliau selalu bertanya pada dirinya: "Apakah Allah ridha dengan perkataanku ini?"
Tips Praktis Sehari-hari
Saat di Kelas
- Bertanya dengan sopan kepada ustadz
- Tidak mengejek teman yang salah jawab
- Membantu teman yang kesulitan dengan kata-kata yang membangun
- Tidak berbisik-bisik saat ustadz menjelaskan
Saat di Asrama
- Menggunakan kata-kata yang lembut saat membangunkan teman sahur
- Tidak mengeluh berlebihan tentang fasilitas pesantren
- Saling menasihati dengan cara yang baik
- Mendoakan kebaikan untuk teman sekamar
Saat Istirahat
- Memilih topik pembicaraan yang bermanfaat
- Tidak membicarakan aib ustadz atau pengurus pesantren
- Berbagi ilmu yang baru dipelajari
- Saling memotivasi dalam menghafal Al-Qur'an
Saat Konflik
- Tidak membalas dengan kata-kata kasar
- Mencari solusi dengan bijak
- Meminta maaf jika salah
- Memaafkan kesalahan orang lain
Doa untuk Menjaga Lisan
Mari kita panjatkan doa seperti yang diajarkan Rasulullah SAW:
"Allahumma ahdiini fiiman hadaita, wa 'aafini fiiman 'aafaita, wa tawallani fiiman tawallaita, wa baarik li fiimaa a'thaita, wa qini syarra maa qadhaita, fa innaka taqdhi wa laa yuqdha 'alaika, wa innahu laa yadhillu man waalaita, tabaarakta Rabbanaa wa ta'aalaita."
"Ya Allah, berilah aku hidayah sebagaimana Engkau telah memberi hidayah kepada orang-orang yang Engkau beri hidayah, berilah aku kesehatan sebagaimana Engkau telah memberi kesehatan kepada orang-orang yang Engkau beri kesehatan, jadilah pelindungku sebagaimana Engkau telah melindungi orang-orang yang Engkau lindungi, berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan jauhkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan, sesungguhnya Engkau yang memutuskan dan tidak ada yang dapat memutuskan atas-Mu, sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi. Maha Suci Engkau wahai Rabb kami, dan Maha Tinggi Engkau."
Dan khusus untuk menjaga lisan:
"Allahumma a'inni 'ala dhikrika wa syukrika wa husni 'ibaadatik."
"Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik."
Penutup: Komitmen untuk Berubah
Para santri yang mulia, menjaga lisan bukanlah perkara mudah. Butuh latihan, kesabaran, dan istiqamah. Namun ingatlah bahwa kalian sedang berjuang untuk menjadi ulama dan da'i masa depan. Bagaimana mungkin kalian bisa mengajarkan kebaikan kepada orang lain jika kalian sendiri belum bisa menjaga lisan?
Mulai dari sekarang, buatlah komitmen untuk:
- Memperbanyak dzikir dan mengurangi pembicaraan yang tidak perlu
- Berbicara hanya hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan yang sia-sia
- Menasehati sesama santri dengan cara yang baik dan bijak
- Menjadi teladan dalam berkata-kata di lingkungan pesantren
- Selalu memohon ampun kepada Allah atas kesalahan lisan yang telah dilakukan
Ingatlah pesan Luqman kepada anaknya:
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS. Luqman: 16)
Setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka jagalah lisan kalian, wahai calon ulama. Jadilah santri yang tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga pandai menjaga lisannya.
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua untuk menjadi santri yang berakhlak mulia, yang lisannya selalu basah dengan dzikir, dan yang perkataannya selalu membawa manfaat.
Wallahu a'lam bishawab.
Barakallahu fiikum, para santri yang mulia!
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fussilat: 34)