- Diposting oleh : Humas Bina Amal
- pada tanggal : Agustus 02, 2025
Semarang, 2 Agustus 2025 — TKIT Bina Amal 02 Semarang kembali menegaskan komitmennya dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik melalui praktik coparenting, yakni bentuk kerja sama yang harmonis antara guru dan orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Kepala TKIT Bina Amal 02, Ibu Ika Fauziah, S.Pd., menjelaskan bahwa coparenting bukan sekadar keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah, tetapi lebih dari itu — sebuah kemitraan sejajar antara rumah dan sekolah yang saling menguatkan. “Kami percaya bahwa pendidikan anak yang efektif tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak. Kolaborasi guru dan orang tua adalah kunci utama untuk mencetak anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan bahagia,” ungkap beliau.
Dalam implementasinya di TKIT Bina Amal 02, coparenting mencakup beberapa aspek penting, antara lain komunikasi terbuka dan saling menghargai, kesamaan visi dalam mendidik anak, serta partisipasi aktif orang tua dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan karakter. Sekolah menyediakan berbagai saluran komunikasi seperti grup wali kelas, jurnal komunikasi harian, hingga pertemuan berkala untuk menjaga kedekatan dan keselarasan antara rumah dan sekolah.
Sementara guru memainkan peran sebagai pendidik dan fasilitator, orang tua bertindak sebagai mitra utama yang melanjutkan proses pembelajaran di rumah. Keduanya berbagi tanggung jawab, berbagi informasi, dan saling memberikan umpan balik demi kepentingan terbaik anak.
“Ketika anak mendapatkan dukungan yang konsisten dari lingkungan sekolah dan rumah, mereka tumbuh dengan rasa aman dan penuh percaya diri. Anak tidak hanya melihat bahwa belajar itu penting, tetapi juga merasakan bahwa ia dicintai dan dihargai dalam setiap proses tumbuh kembangnya,” ujar salah satu guru kelas TKIT Bina Amal 02.Tak hanya itu, TKIT Bina Amal 02 juga secara aktif melibatkan orang tua dalam berbagai program pendidikan seperti kelas parenting, kunjungan rumah, kegiatan tematik yang menghadirkan peran keluarga, hingga pelibatan orang tua dalam kegiatan sosial dan keagamaan sekolah. Semua ini dilakukan sebagai bagian dari upaya membangun iklim pendidikan yang suportif dan partisipatif.
Salah satu wali murid menyampaikan apresiasinya terhadap pendekatan coparenting ini. “Saya merasa tidak hanya menitipkan anak, tapi benar-benar menjadi bagian dari proses tumbuh kembangnya. Saya dan guru seperti satu tim yang punya tujuan sama: mendidik anak kami menjadi insan yang sholih dan berkarakter,” ujarnya.
Melalui praktik coparenting yang konsisten dan saling menguatkan, TKIT Bina Amal 02 berharap dapat terus menjadi bagian penting dalam perjalanan awal kehidupan anak-anak menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan pendekatan ini, sekolah dan keluarga bersinergi membentuk generasi masa depan yang cerdas, tangguh, dan berakhlak mulia.