- Diposting oleh : Humas Bina Amal
- pada tanggal : Agustus 21, 2025
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sang teladan sepanjang masa, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut setianya hingga akhir zaman.
Pendahuluan: Kalian Sedang Menapaki Jalan Mulia
Anak-anakku santri shalih dan shalihah, sadarilah bahwa masa kalian di pesantren bukanlah masa biasa. Masa ini adalah masa emas—masa pembentukan jati diri yang akan menentukan siapa kalian di masa depan.
Kalian bukan lagi anak kecil yang hanya bisa bermain-main, tetapi juga belum sepenuhnya dewasa. Inilah fase transisi yang sangat menentukan. Allah SWT memberi kalian kesempatan ditempa di pesantren agar lahir sebagai generasi Qur’ani, tangguh lahir batin, dan siap menjadi pembangun peradaban Islam.
Pesantren bukan penjara, bukan pula sekadar sekolah. Pesantren adalah madrasah kehidupan, tempat manusia ditempa menjadi pemimpin. Semua aturan yang ada—mulai dari shalat tepat waktu, tidur teratur, menjaga adab, hingga kebersihan—adalah jalan menuju kemuliaan.
Mengapa Aturan Itu Ada?
Kalian mungkin bertanya dalam hati:
“Kenapa di pesantren banyak aturan? Kenapa harus taat? Kenapa tidak boleh seenaknya?”
Pertanyaan itu wajar. Namun ketahuilah, aturan di pondok bukan dibuat untuk membatasi kebebasan kalian, melainkan untuk membentuk kemerdekaan jiwa.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.”
(QS. An-Nisa: 59)
Ayat ini mengajarkan bahwa ketaatan adalah jalan menuju kebaikan, bukan belenggu. Dengan taat, hati menjadi bersih, jiwa menjadi kuat, dan hidup menjadi terarah.
Tempaan Sehari-hari di Pesantren dan Alasannya
Anak-anakku, mari kita renungi satu per satu tempaan di pondok yang kalian jalani setiap hari, agar kalian mengerti bahwa semuanya adalah jalan menuju peradaban.
1. Shalat Tepat Waktu dan Dzikir
Shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi sumber kekuatan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.”
(QS. Al-‘Ankabut: 45)
Mengapa harus tepat waktu? Karena disiplin waktu shalat melatih jiwa untuk tunduk pada aturan Allah, bukan hawa nafsu. Dzikir setelah shalat menenangkan hati, sebagaimana firman-Nya:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
2. Tidur Tepat Waktu
Tidur teratur bukan sekadar aturan, tapi manajemen energi. Rasulullah SAW tidak suka begadang sia-sia, karena tubuh punya hak untuk istirahat. Dengan tidur teratur, kalian bangun lebih segar untuk menuntut ilmu.
3. Tidak Membully dan Berkata Baik
Pesantren adalah miniatur masyarakat. Jika di sini kalian belajar untuk tidak menyakiti teman, maka kelak kalian akan menjadi pemimpin yang adil. Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang Muslim adalah yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Setiap kata baik adalah sedekah, dan setiap ucapan buruk akan dimintai pertanggungjawaban.
4. Makan Sambil Duduk dan Menjaga Kebersihan
Adab makan bukan sekadar aturan, tapi bagian dari iman. Rasulullah SAW selalu makan sambil duduk dan dengan tangan kanan. Beliau juga bersabda:
“Kebersihan itu sebagian dari iman.”
(HR. Muslim)
Dengan menjaga kebersihan pondok, hati kalian juga ikut bersih.
5. Membaca dan Menghafal Al-Qur’an
Inilah inti dari kehidupan santri. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Setiap huruf yang kalian baca adalah cahaya. Setiap ayat yang kalian hafal adalah pelindung di dunia dan syafaat di akhirat.
Kisah Menggugah: Imam Asy-Syafi’i dan Tempaan Kehidupan
Dahulu, Imam Asy-Syafi’i kecil hidup dalam keadaan yatim dan miskin. Ia tidak punya banyak buku. Untuk belajar, ia menulis hafalan dengan tulang, kulit, atau pelepah kurma. Ia rela berjalan jauh demi ilmu, taat pada guru, dan menjaga adab dengan sangat teliti.
Kesungguhan dan ketaatan pada aturan inilah yang mengangkatnya menjadi imam besar yang ilmunya dipelajari hingga hari ini.
Bayangkan, jika Imam Syafi’i saja ditempa dengan disiplin ketat hingga menjadi ulama besar, maka kalian—anak-anak santri shalih dan shalihah—juga sedang ditempa untuk menjadi orang besar.
Santri SMP dan SMA: Generasi Penentu
Anak-anakku, saat ini kalian berada di usia emas—usia SMP dan SMA. Usia ini adalah usia penentuan arah hidup. Jika ditempa dengan baik, kalian akan tumbuh menjadi pemimpin. Tapi jika kalian lengah, maka masa depan bisa hancur.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Kalianlah penentu perubahan itu.
Pesan untuk Pejuang Muda
-
Niat Ikhlas. Jadikan setiap aturan sebagai ibadah, bukan beban.
-
Berlomba dalam Kebaikan. Jadikan pondok sebagai arena fastabiqul khairat.
-
Evaluasi Diri. Sebelum tidur, tanyakan: “Hari ini aku taat atau lalai?”
-
Teladani Guru dan Rasulullah. Karena dari merekalah kita belajar arti kesungguhan.
Penutup: Jalan Menuju Peradaban
Anak-anakku santri shalih dan shalihah, ingatlah: semua yang kalian jalani hari ini bukan sekadar aturan, tetapi tempaan menuju kemuliaan.
Kelak, ketika kalian terjun di masyarakat, orang-orang akan melihat buah tempaan pesantren. Kalian akan tampil sebagai pemimpin yang bukan hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia.
Pesantren telah mempersiapkan kalian menjadi pembangun peradaban. Maka bersabarlah dengan aturan, nikmatilah proses, dan bersyukurlah kepada Allah karena kalian dipilih untuk jalan yang mulia ini.
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin...”
(QS. At-Taubah: 105)
Semoga Allah menjadikan kalian generasi Qur’ani yang siap memimpin dunia dengan cahaya Islam.
Wallahu a’lam bish-shawab.