- Diposting oleh : Humas Bina Amal
- pada tanggal : Juli 25, 2025
Hidup di dunia ini hanya sekali. Tidak ada kesempatan kedua untuk kembali dan memperbaiki segala kesalahan setelah ajal menjemput. Itulah mengapa kita sebagai muslim harus memahami hakikat hidup yang sementara ini dan mengisinya dengan makna yang berarti, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain di sekitar kita.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2:
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama kehidupan adalah beramal terbaik. Bukan sekadar banyak, tetapi terbaik – penuh keikhlasan, sesuai sunnah Rasulullah ﷺ, dan memberi manfaat luas.
Hidup Bukan Sekadar Nafas
Seringkali kita terjebak dalam rutinitas: bangun tidur, bekerja, pulang, makan, istirahat, dan berulang keesokan harinya. Jika hidup hanya diisi dengan rutinitas tanpa makna, maka waktu akan habis tanpa nilai di sisi Allah. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
“Aku benci melihat seseorang yang tidak melakukan aktivitas dunia maupun akhirat. Ia hanya menjadi beban bagi orang lain.”
Pesan ini keras, namun nyata. Hidup bukan sekadar menunggu waktu habis. Hidup adalah tentang bagaimana setiap hembusan nafas kita membawa manfaat dan pahala.

Menjadi Hamba yang Bermanfaat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Jika hari ini kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk hidup, maka gunakan untuk memberi manfaat. Bisa dengan tenaga, ilmu, sedekah, doa, atau sekadar senyuman yang menenangkan hati orang lain. Tidak semua orang mampu bersedekah dengan harta, tetapi setiap orang bisa bersedekah dengan sikap dan lisan yang baik.
Cobalah untuk menulis satu pertanyaan pada diri sendiri setiap hari: “Apa manfaatku hari ini untuk orang lain?” Jika belum ada, segera lakukan. Karena hakikat kebahagiaan sejati justru hadir saat kita membahagiakan orang lain.
Mencari Ridha Allah dalam Setiap Peran
Setiap kita memiliki peran yang berbeda. Ada yang menjadi guru, pedagang, pelajar, ibu rumah tangga, pemimpin, atau pekerja biasa. Namun Allah tidak menilai jabatan kita, melainkan bagaimana kita menjalankan amanah tersebut dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Jika kamu seorang guru, jadilah guru yang mendidik dengan cinta dan doa, bukan hanya mengejar target materi. Jika kamu seorang pelajar, belajarlah dengan sungguh-sungguh karena ilmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah hingga setelah kematianmu. Jika kamu seorang pemimpin, pimpinlah dengan adil karena setiap keputusan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Hidup Sekali, Tapi Bekalnya untuk Selamanya
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Wahai anak Adam, kamu hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu harimu pergi, maka pergilah sebagian dari dirimu.”
Setiap hari yang berlalu berarti jatah hidup kita semakin berkurang. Namun kabar baiknya, setiap hari juga adalah peluang untuk menambah bekal akhirat. Dunia hanyalah ladang ujian, sedangkan akhirat adalah tempat tinggal abadi.
Bayangkan jika hari ini adalah hari terakhir kita. Sudahkah kita menyiapkan bekal untuk bertemu Allah dengan wajah berseri karena amal yang kita lakukan?

Menghidupkan Hati dengan Mengingat Kematian
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)
Mengapa mengingat mati itu penting? Karena ia akan melembutkan hati yang keras, menjadikan kita berhati-hati dalam bertindak, dan menumbuhkan semangat untuk segera berbuat baik. Setiap kebaikan kecil, jika dilakukan dengan ikhlas, akan menjadi besar di sisi Allah. Begitu pula sebaliknya, dosa kecil jika diremehkan akan menumpuk menjadi dosa besar.
Mewariskan Kebaikan
Setelah kita meninggal, ada tiga amalan yang tidak akan putus sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Itulah makna hidup sekali harus berarti. Kita perlu menyiapkan tiga amalan ini sejak sekarang. Menyisihkan harta untuk wakaf dan sedekah jariyah, menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta mendidik anak-anak dengan baik agar menjadi pribadi yang selalu mendoakan orang tuanya.
Kesimpulan: Pilihlah Makna dalam Hidupmu
Hari ini, mari kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri:
- Apakah hidupku sudah berarti?
- Apakah keberadaanku membawa manfaat bagi orang lain?
- Sudahkah aku menyiapkan bekal untuk akhiratku?
Karena hidup ini hanya sekali. Jangan sampai kita menyesal ketika malaikat maut datang, dan kita berkata:
“Ya Rabb, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa beramal shalih dengan apa yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Namun penyesalan di akhir hayat tidak akan mengembalikan kita ke dunia. Gunakan hari ini untuk menanam amal sebaik-baiknya, karena setiap langkah kecil menuju kebaikan akan berbuah besar di sisi Allah. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang memaknai hidup ini dengan amal terbaik hingga husnul khatimah menjemput.
